Telusur Saksi Bisu Peninggalan Kolonial Belanda di Cimahi


Bangunan berusia berabad-abad masih berdiri dan menjadi saksi sejarah kota Cimahi, Jawa Barat. Awalnya Cimahi merupakan bagian dari Kabupaten Bandung. Di tempat yang bernama Kota Prajurit ini banyak tersimpan catatan sejarah masa kolonial Hindia Belanda yang masih ada hingga saat ini.

 

Bangunan bersejarah seringkali memiliki nilai arsitektur yang unik. Bangunan bersejarah yang masih eksis kerap menjadi daya tarik wisatawan.

 

Bangunan-bangunan tersebut menambah keunikan dan keindahan kota Cimahi, sekaligus menjadi bukti fisik sejarahnya yang panjang. Bangunan bersejarah yang ada di Cimahi antara lain: 

 

Peternakan Hewan Tjimahi 

 

Rumah Potong Hewan Tjimahi merupakan rumah potong hewan (RPH) yang terletak di Cimahi, Jawa Barat, dibangun pada tahun 1913.

Bangunan ini merupakan peninggalan Belanda dan mempunyai sejarah yang panjang. Rumah Potong Hewan Tjimahi dibangun pada masa pendudukan Belanda sebagai bagian dari penyediaan daging sapi untuk tentara kolonial mereka.

 

Rumah Potong Hewan Tjimahi sudah hampir berusia 101 tahun. Sayangnya, rumah tersebut kini ditinggalkan dalam kondisi yang memprihatinkan.

 

Meski terbengkalai, RPH Tjimahi tetap menjadi bagian sejarah Cimahi. Bangunan ini merupakan kesaksian bisu masa penjajahan Belanda dan merupakan salah satu peninggalan kolonial yang masih ada hingga saat ini. Meski tidak bisa dikunjungi bersama raja, namun keberadaan Rumah Potong Hewan Tjimahi dapat memberikan wawasan tentang sejarah dan perkembangan kota Cimahi. Rumah Potong Hewan Tjimahi dianggap sebagai bagian dari warisan budaya Cimahi karena memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang unik. Meski kini bangunan tersebut terbengkalai, namun keberadaannya tetap menjadi bukti perjuangan dan masa lalu masyarakat Cimahi. Rumah Potong Hewan Tjimahi dianggap sebagai bagian dari cagar budaya karena memiliki nilai sejarah. Bangunan ini menjadi bagian penting dari infrastruktur kolonial, memenuhi kebutuhan pangan tentara Belanda. Keberadaannya mencerminkan sejarah perkembangan Cimahi dan pertempuran-pertempuran penting pada masa penjajahan.

 

Rumah Potong Hewan Tjimahi memiliki gaya arsitektur Belanda yang indah. Meski kini bangunan tersebut dalam keadaan terbengkalai. Dekorasi bangunannya masih mencerminkan keindahan dan keunikan arsitektur kuno. Rumah Potong Hewan Tjimahi merupakan bagian dari identitas nasional dan sejarah kota Cimahi. Meski fungsi dan kondisinya sudah menurun, namun bangunan ini tetap mempunyai arti penting bagi masyarakat. Keberadaannya menjadi pengingat masa lalu dan merupakan warisan budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan.

 

Rumah Sakit Dustira 

Bertempat di RS Jalan No.1, Cimahi, Jawa Barat. Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1887. Rumah sakit ini digunakan untuk merawat tentara Belanda dan tahanan Jepang. Awalnya rumah sakit ini bernama Rumah Sakit Militer, kemudian pada tahun 1956 berubah nama menjadi Rumah Sakit Dustira. Nama Dustira diambil dari nama salah satu dokter Walikota Dustira Prawiraamidjaja yang berjasa dalam bidang kedokteran di rumah sakit ini. RS Dustira memiliki fasilitas dan pelayanan medis yang lengkap. Rumah sakit ini memiliki berbagai departemen, seperti unit gawat darurat, rumah sakit, departemen bedah, departemen radiologi dan lain-lain. Selain itu, rumah sakit ini juga memiliki tenaga medis dan medis yang terlatih dan berpengalaman untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Selain sebagai fasilitas kesehatan, RS Dustira juga menjadi pusat pengajaran dan penelitian. Rumah sakit bekerjasama dengan berbagai institusi pendidikan dan lembaga penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran dan meningkatkan kualitas pelayanan medis. Rumah Sakit Dustira selama bertahun-tahun telah berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Cimahi dan wilayahnya. Dilengkapi dengan fasilitas dan tenaga medis yang berkualitas, rumah sakit ini terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

 

Gereja Santo Ignatius 

Gereja Saint-Ignatius Cimahi dibangun pada tahun 1905. Pada tanggal 20 Desember 1908, gereja berukuran 18x6 meter tanpa cungkup (menara) itu selesai dibangun dan diberkati. Nama gereja ini diambil dari nama Santo Ignatius dari Loyola, mantan tentara Spanyol yang menjadi pendeta dan pendiri Ordo Serikat Yesus.

Gereja Santo Ignatius Cimahi adalah sebuah gereja Katolik di Cimahi, Jawa Barat, Indonesia. Gereja ini didedikasikan untuk Santo Ignatius dari Loyola, pendiri Ordo Jesuit. St. Gereja Ignatius di Cimahi mempunyai sejarah panjang.

Pembangunan gereja ini dimulai pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1911. Gereja ini mempunyai arsitektur yang unik dan unik, yaitu mempunyai gaya arsitektur kolonial Eropa.

 

Gereja Santo Ignatius di Cimahi merupakan tempat dimana umat Katolik melakukan kegiatan keagamaan di wilayah Cimahi. Gereja ini merayakan misa dan sakramen Gereja Katolik lainnya, seperti baptisan, pernikahan dan Perjamuan Kudus. Selain praktik keagamaan, Saint 

Ignatius Cimahi juga bekerja di bidang humas dan pengembangan masyarakat. Gereja ini memiliki komunitas dan berbagai organisasi yang ingin melayani dan membantu masyarakat sekitar.

 

Selain sebagai tempat ibadah, Gereja Santo Ignatius Cimahi juga menjadi tempat kegiatan keagamaan dan sosial umat Katolik di Cimahi. Gereja ini sering menjadi tempat diadakannya berbagai acara, pernikahan dan acara keagamaan lainnya. Gereja Santo Ignatius di Cimahi juga memiliki komunitas yang aktif, antara lain kelompok pemuda, kelompok doa, dan kelompok komunitas. Gereja ini adalah tempat dimana umat Katolik dapat menguatkan iman, beribadah dan berbagi kasih kepada sesama.

 

Perusahaan Cimahi 

Stasiun kereta api ini didirikan pada tanggal 15 Mei 1884 sebagai bagian dari pembukaan jalur kereta api Bandung-Cianjur. Stasiun Cimahi (CMI) merupakan stasiun kereta api Kelas II yang terletak di Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat.

 

Stasiun ini termasuk dalam wilayah layanan Bandung II, pada jarak sekitar 160,7 km tenggara Jakarta Gambir. Stasiun Kereta Api Cimahi terletak pada ketinggian sekitar 723 meter di atas permukaan laut. Stasiun ini dibangun oleh Staatsspoorwegen, sebuah perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Stasiun ini mempunyai 3 jalur kereta api, 2 jalur diantaranya merupakan jalur lurus. Bangunan stasiun masih asli dan terawat. Stasiun Cimahi memiliki arsitektur Belanda yang indah. Bangunannya terbuat dari batu bata dan memiliki elemen dekoratif yang menambah keindahan bangunan. Stasiun ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti tiket, ruang tunggu, toilet dan tempat parkir.

 

Stasiun Kereta Api Cimahi menjadi tujuan penting bagi warga Cimahi dan sekitarnya yang ingin melakukan perjalanan dengan kereta api. Stasiun kereta api ini juga menjadi tempat pemberhentian berbagai jenis kereta api baik kereta regional, ekonomi, bisnis, dan komersial.

 

Kawasan Cimahi juga mempunyai peranan penting dalam sejarah Indonesia, khususnya pada masa pendudukan Jepang dan revolusi kemerdekaan. Fasilitas ini dulunya merupakan tempat menerima tahanan pada masa pendudukan Jepang. Selain itu, stasiun ini juga menjadi saksi bisu peperangan antara pasukan Indonesia dan Belanda pada masa invasi Belanda. Saat ini stasiun kereta api ini melayani kereta api lokal dan jarak jauh. Stasiun ini menjadi salah satu pilihan masyarakat di Cimahi dan sekitarnya untuk bepergian dengan kereta api. Keamanan rumah 

Loji atau shelter ini dibangun pada tahun 1811, bersamaan dengan dibangunnya jalan Ayer – Panarukan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Setelah dibangunnya Jalan Raya Pos dari Ayer hingga kawasan Bandung, pemerintah kolonial memutuskan untuk membangun rumah jaga (sejenis tempat tinggal) di Cimahi, yang letaknya di sekitar Alun-Alun Cimahi saat ini. Pos Perawatan Tanaman merupakan salah satu bangunan bersejarah di Cimahi. Gedung ini dibangun pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia dan berfungsi sebagai pos penjagaan atau pos pemeriksaan. Home depotnya terletak di Jalan Kolonel Masturi, Cimahi Utara, Cimahi. Rumah ini menampilkan arsitektur khas masa kolonial dengan gaya yang sederhana dan kuat. Pos Jaga Loji mempunyai peranan penting dalam sejarah Cimahi dan Indonesia secara keseluruhan. Pada masa penjajahan Belanda, pos ini digunakan untuk memantau dan mengendalikan pergerakan orang dan barang. Selain itu, pos ini juga berfungsi sebagai tempat aman dan tempat menginterogasi orang-orang yang dicurigai sebagai pemberontak atau musuh pemerintah kolonial.

 

Kini, Pos Jaga Loji menjadi salah satu situs bersejarah yang dilindungi pemerintah. Meski sudah tidak digunakan lagi untuk keperluan militer atau kepolisian, namun bangunan ini tetap dilestarikan dan dilindungi sebagai bagian dari peninggalan sejarah Cimahi di Indonesia.

 Pos Jaga Cimahi Loji memiliki desain arsitektur Belanda yang unik. Bangunan ini terbuat dari batu bata dan memiliki elemen dekoratif yang menambah keindahan dan keunikan arsitekturnya. Meski kini bangunan tersebut mengalami penurunan fungsi dan kondisi, namun keberadaannya tetap menjadi bukti sejarah dan identitas kawasan tersebut.

 

Cimahi Lodge merupakan bagian dari kompleks Cimahi Lodge yang memiliki nilai sejarah cukup signifikan. Cimahi Lodge pada masa penjajahan Belanda merupakan pusat militer dan administrasi yang penting. Keberadaan gedung ini mencerminkan peran pentingnya dalam sejarah perkembangan kota Cimahi. Sebagai bagian dari warisan budaya, maka penting untuk menjaga dan melestarikan Pos Jaga Cimahi Loji agar nilai sejarah dan arsitekturnya tetap terjaga. Upaya melestarikan dan mengenalkan nilai-nilai sejarah kepada masyarakat sangatlah penting agar bangunan ini dapat terus dinikmati dan dipelihara. Pemikiran menurut pendukung bangunan bersejarah 

Menurut Tasya, salah satu pekerja bangunan bersejarah di Cimahi mengatakan, “Bangunan bersejarah itu masih sangat bagus karena menjadi bukti dan saksi bisu masa lalu dan bahkan mengingatkan kita pada peristiwa dan masa tertentu dalam sejarah. , dan menjadi ciri khas dan warisan budaya, mencerminkan budaya dan sejarah negara serta simbol kebanggaan negara,” ujarnya. Bagi banyak bangunan terbengkalai, upaya telah dilakukan untuk menjaga keutuhan bangunan. Menurutnya, “Restorasi dan renovasi diperlukan untuk mengembalikan bangunan bersejarah ke kondisi semula. Perawatan mata secara teratur sangat penting 

 

untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada bangunan bersejarah tersebut. “Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan, melindungi dan menghormati warisan budaya yang ada di dalam bangunan bersejarah tersebut,” kata Tasya. Hasil 

Bangunan bersejarah merupakan saksi sejarah dan peradaban suatu bangsa. Mereka menceritakan kisah masa lalu dan memberikan wawasan tentang budaya, tradisi, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat pada masa itu. Mereka juga berfungsi sebagai simbol identitas nasional dan kebanggaan nasional.

 

Bangunan bersejarah seringkali menjadi daya tarik wisata utama, memberikan kontribusi terhadap perekonomian lokal melalui pariwisata. Mereka juga dapat meningkatkan nilai lingkungan. Bangunan bersejarah dapat berfungsi sebagai pusat komunitas, tempat orang berkumpul untuk acara khusus atau menikmati keindahan arsitektur. Mereka juga dapat memberikan rasa kebersamaan dan kesinambungan, menghubungkan generasi sekarang dengan masa lalu.

 

Tempat 

Lokasi dan penjelasan singkat bangunan bersejarah tersebut